Jakarta, 24 September 2024 – Apa itu Lenso? Mungkin suatu term yang terdengar asing untuk masyarakat sekarang. Jika dikerucutkan lagi untuk bertanya pada masyarakat yang mendalami kesenian atau sejarawan, Lenso mungkin akan dikatakan sebagai jenis musik. Sebagian yang lain mengatakan Lenso adalah suatu jenis tarian. Mungkin keduanya benar. Disadari atau tidak, Lenso yang berkembang di Indonesia adalah salah satu warisan seni yang digencarkan oleh Presiden Sukarno. Dengan penolakannya pada budaya Barat dan pencarian identitas seni untuk masyarakat Indonesia yang belum lama merdeka, Presiden Sukarno pada saat itu memberi mandat kepada musisi sekaligus terjun langsung untuk mengemas Lenso yang ia sebut sebagai “Lenso Gaya Baru”.
Resmi berdiri sejak tahun 2013, Yayasan Irama Nusantara yang berfokus pada pengarsipan digital musik populer Indonesia, berusaha untuk mendekatkan arsip—secara digital maupun fisik—kepada masyarakat. Salah satunya melalui pameran-pameran yang telah diselenggarakan. Pada tahun 2024 ini, Irama Nusantara memperoleh status sebagai Pihak Penerima Bantuan Operasional dari LPDP Dana Indonesiana, untuk kategori Dukungan Institusional Bagi Organisasi Kebudayaan dengan sub-kategori Pengelolaan Ruang Publik. Pada saat ini ruang publik yang dimaksud adalah Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), Jalan Abdul Rachman Saleh No. 26, Senen, Kec. Senen, Jakarta Pusat. Sebelum pameran “Mari Ber-Lenso!”, Irama Nusantara telah mengadakan pameran “Biang Kerok; Pameran Arsip Benyamin Suaeb” di sekitar Juni hingga Juli tahun ini.
Dian Onno, Ketua Yayasan Irama Nusantara menyatakan, “Selama 11 tahun ini, Irama Nusantara bekerja secara intensif mengumpulkan arsip digital rilisan musik populer Indonesia. Hingga kini telah terkumpul sebanyak 8.000 rilisan, namun aksesnya masih dipusatkan pada format daring melalui situs website kami. Kami sangat berterima kasih kepada Museum Kebangkitan Nasional dan Unit Museum Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang membuka kesempatan sehingga Irama Nusantara dapat mewujudkan mimpi untuk membuka akses terhadap arsip yang telah kami koleksi secara fisik sehingga bisa langsung diakses oleh publik. Harapannya, selain ketertarikan masyarakat terhadap kekayaan arsip koleksi musik populer Indonesia semakin besar, juga bisa mendorong partisipasi aktif publik untuk berbagi koleksi arsip dan memorabilia musik Indonesia yang mereka miliki.”
Pameran “Mari Ber-Lenso!” ini menjadi usaha kedua Irama Nusantara untuk lebih mendekatkan arsip kepada masyarakat. Zikri Rahman peneliti berkebangsaan Malaysia yang bertanggung jawab menjadi kurator untuk pameran kali ini, menyatakan “Penting sekali bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui produk budayanya, salah satunya adalah Lenso. Sebagai tari maupun musik, secara sadar atau tidak, Lenso pasti berpengaruh dalam benak masyarakat secara turun-temurun ke generasi berikutnya.”, jelas Zikri.
“Budaya lupa masyarakat Indonesia akan kesejarahannya sendiri terjadi di berbagai sektor. Salah satunya dan yang sangat penting adalah narasi kebudayaan yang dilupakan begitu saja. Entah karena kurangnya pendokumentasian atau memang faktor literasi yang lemah di kalangan masyarakat. Atau mungkin keduanya. Di sini Irama Nusantara berusaha hadir untuk mengingatkan kembali narasi yang memang sudah pernah ada puluhan tahun silam tetapi mungkin terlupa karena beberapa isu menjadi topik sensitif di kemudian hari.”, jelas Gerry Apriryan, Program Manager Irama Nusantara.
Berbagai arsip mulai dari rilisan musik, foto-foto, lembar lirik, dan potongan artikel yang berkutat seputar Lenso akan disajikan dengan berbagai cara. Pameran “Mari Ber-Lenso!” akan dibuka pada Sabtu, 28 September di Ruang Aula Kebangkitan, Muskitnas hingga akan ditutup pada Minggu, 24 November. Peresmian dibukanya pameran akan disimboliskan denganpenampilan tari Lenso dari Sanggar Tari Sekar Tanjung. Juga diadakan talkshow & music performance. Talkshow pertama bertajuk “Lenso dan Sukarno” yang kami harap dapat menjadi bahasan untuk mengupas bagaimana definisi Lenso yang ingin diperkenalkan oleh Presiden Sukarno. Diskusi ini diramaikan oleh; David Tarigan sebagai moderator, Guruh Sukarnoputra (putra Presiden Sukarno) & Sigit Lingga (Yayasan Bung Karno) sebagai narasumber. Malam harinya, di tempat yang sama, panggung diramaikan oleh Irama Pantai Selatan sebagai salah satu bukti seberapa relevannya pengaruh Lenso pada benak masyarakat muda sekarang.
Keriaan tidak hanya pada hari pembukaan, pada Minggu, 29 September juga terdapat talkshow dengan topik “Dari Gerak Ke Rentak” bersama Yola Yulfianti sebagai moderator, Jack Simanjuntak & Egi Pattinaya. Serta malam harinya ditutup dengan penampilan dari Paduan Suara Dialita.